Jika Anak Berbuat Salah. By: Bu Ila

0
215
Terkadang, Anak-anak melakukan kesalahan, khilaf, salah jalan.
Begitu juga kita para Guru, Orangtua atau orang dewasa lainnya.
Namun pertanyaannya…
Apakah kesalahan itu hanya utk jadi bahan saling menyalahkan atau pembelaan, merasa paling benar?

Semua orang pasti pernah membuat kesalahan atau kekeliruan, besar atau kecilnya kesalahan itu sangat bergantung pada value orang yang menilainya. Nah, ketika anak berbuat salah, reaksi kita sebagai Orang tua dipengaruhi oleh suasana hati atau keadaan emosi kita saat itu.

Lho kog bisa begitu?
Ya, ketika Ibu bahagia, biasanya lebih bisa memaklumi apa yang dilakukan anak. Namun ketika Ibu berada dalam kondisi yang tidak stabil maka reaksi yang diberika sangat jauh berbeda bahkan bisa jadi terkesan berlebihan.
Ada beberapa kondisi yang diupayakan jangan sampai kita lakukan ketika sedang marah pada anak. Jika hal ini kita lakukan, akan menimbulkan efek yang tidak baik bahkan dapat menimbulkan luka batin sampai anak dewasa.
Kesalahan apakah itu?
Simak yuk…
  1. Memarahi anak di depan umum.

Anak juga punya harga diri, ketika harga dirinya dijatuhkan dengan dikap kita yang memarahi anak di depan umum maka dapat menimbulkan rasa malu pada anak. Dalam hal ini reaksi anak bermacam-macam, ada yang hanya diam dan memendam rasa malunya yang mungkin akan membuatnya menjadi anak yang tidak berdaya atau takut untuk melakukan sesuatu. Ada juga anak yang menjadi terlihat ‘nakal’, melawan bahkan terkesan destruktif atau merusak. Apalagi perilaku menegur dan memarahi anak di depan umum ini terjadi berulang, maka anak seakan tidak lagi mengetahui mana yang sebenarnya menjadi kesalahannya.

2. Langsung marah tanpa bertanya

Seperti yangh Bu Ila sampaikan sebelumnya, persepsi kita terhadap sesuatu sangat memengaruhi cara pandang dan tindakan atau reaksi kita terhadap suatu keadaan. Jika anak yang kita anggap melakukan kesalahan, reaksi marah tanpa bertanya bukanlah sebuah solusi atas proses pendidikan. Seringkali kesalahan anak tidak terlalu besar dari reaksi marah Bundanya. Bahkan jika kesalahan yang sama dilakukan anak pada saat Bunda sedang ‘waras’, reaksinya tidak sedramatis ketika bunda sedang kesal. Alangkah lebih baik bertanya apa sebenarnya persepsi anak ketika ia kita anggap salah (hehehe, terkadang Bunda nggak sempat tanya, langsung marah saja)

3. Membentak dan mengancam anak

PR terbesar kita para Bunda adalah menahan diri agar bisa menahan diri untuk tidak merepet, cerewet, marah tidak jelas dan yang terakhir suka mengancam. Alih-alih ingin membuat anak jadi anak baik dan terhindar dari melakukan kesalahan, malah terkadang kitalah yang membuat anak kesal atas kekepoan dan keinginan kita agar semua “terlihat sempurna”. Perilaku membentak dan mengancam anak hanya akan membuat anak takut sementara, bukan pada esensi membuat anak berkembang menuju kebaikan.

4. Membandingkan dengan anak yang lain

Kita saja orang dewasa tidak suka jika dibanding-bandingkan, begitu juga dengan anak-anak. Setiap anak itu unik dan masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, jangan pernah membandingkan anak kita dengan anak yang lain walaupun dengan saudaranya sendiri. Marahlah pada kesalahan anak, perilaku membandingkan hanya akan membuat anak semakin terpuruk.

5. Salah menerapkan konsekuensi

Anak berbuat salah, artinya ada perilaku atau perkataan yang membuat orang lain tidak nyaman atau merusak dan merugikan orang lain. Seringkali, kita memberi hukuman yang nggak nyambung dengan kesalahan anak. Misalnya, bermain air dan menyebabkan rumah banjir atau berantakan. Tapi, mengapa hukumannya, tidak menerima uang jajan selama sebulan. Bukannya menyesali kesalahannya, yang ada, anak tambah marah! Karena ia merasa haknya direnggut begitu saja, tidak nyambung antara kesalahan dan konsekuensi yang harus diterima. Alih-alih mengharapkan akan ada efek jera pada anak, tapi membuat anak kecewa dan dapat menimbulkan perbuatan salah lainnya. Hukuman yang diberikan hanya akan membuat anak menderita dan merasa bersalah atas perbuatannya.

Ayah Bunda…

Berikanlah konsekuensi logis atau konsekuensi natural atas kesalahannya. Misalkan, anak membuat rumah berantakan, biarkan ia membersihkannya sendiri. Jika anak berkata kasar dan kotor kepada temannya, maka ia tidak boleh bermain bersama teman selama dua hari. Ketika anak merusak barang saudaranya, ia tidak lagi boleh meminjam barang-barang saudaranya hingga waktu yang ditetapkan.

Kesalahan yang dilakukan anak, bisa jadi karena anak belum mengetahui mana yang seharusnya dilakukan. Tugas kitalah yang membuat anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Jika salah, berarti ada kebenaran yang dilanggar.
Jika khilaf, berarti ada yg menyimpang dari value yg diyakini
Jika salah jalan, berarti harus diarahkan, dikembalikan pada jalan yg benar.
Hal ini jadi tugas kita bersama
Saling menasehati, mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Karena kita pembelajar sepanjang hayat.
Bergerak menjadi manusia yg baik, insan beradab
Anak-anak butuh kita orang dewasa yg siap menuntun mereka.
Ayo berperan, memperbaiki diri dan keluarga.
Salam Pendidikan Keluarga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here