Komentar Membawa Petaka?

0
437

Setiap orang tentu berbeda dalam menyikapi suatu masalah, semua tergantung dari beberapa sudut pandang, ilmunya, perasaannya saat masalah timbul dan tak terkecuali pengalaman hidup yang telah dilalui.

Begitu juga dalam menghadapi persoalan keluarga, baik dalam mengatasi hubungan dengan pasangan, masalah anak maupun keluarga besar. Besar kecilnya suatu masalah sangat bergantung dari subjektivitas si empunya masalah. Jika pada satu keluarga sebuah masalah dianggap besar, bisa jadi pada keluarga lainnya masalah yang terlihat sama bisa hanya menjadi masalah sepele dan segera dapat terselesaikan.

***

Begitu juga ketika  berada pada satu sesi konseling keluarga.

Ketika membahas suatu masalah yang sedang dihadapi satu keluarga atau pasangan suami istri, kode etik yang kami jalankan sebagai seorang konselor adalah selalu menghargai setiap proses klien dalam menghadapi masalah yang pastinya terlihat besar dan rumit baginya.

Larangan untuk menciahkan atau menganggap enteng persoalan dan menahan diri untuk segera memberikan solusi yang menurut kita sesuai untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi adalah bentuk profesionalisme yang dibangun.

Kerja seorang konselor diawali dengan menggali dan membuka selebar-lebarnya kemungkinan akar masalah untuk selanjutnya digiring dengan beberapa pertanyaan untuk penyadaran tentang masalah yang selanjutnya membentangkan masalah sehingga klien sendirilah yang menentukan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya. (Hehehe, membuka rahasia perusahaan nih)

Kesadaran bahwa setiap orang sebenarnya telah dibekali kemampuan untuk menghadapi setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Tapi, seringkali kita membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman berdiskusi, dapat melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan terkadang konselor hanya bertugas menjadi pendengar saja, klien berbicara menyampaikan segala rasa yang berkecamuk di dalam dirinya, setelah itu hatinya lega dan sebagian persoalan yang dihadapi akan menguap begitu saja.

Tanpa komentar apapun….

***

Satu hal yang ingin Bu Ila sampaikan adalah, seringkali kita tidak perlu memberikan komentar apapun terhadap apa yang menjadi kehidupan orang lain dari sudut pandang kita. Mungkin yang kita anggap masalah, sebenarnya tidak masalah bagi orang lain, atau sebelumnya dia tidak berpikir itu suatu masalah, tapi karena mendengar komentar kita, eh dianya jadi kepikiran dan ikutan menjadikannya itu sebuah masalah. Kan jadinya malah menimbulkan masalah baru.

Ilustrasinya nih, Bu Ila pernah menghadapi klien yang depresi karena banyaknya komentar keluarga dan teman-teman tentang kehidupannya. Mulai dari mempermasalahkan penampilannya, isi rumahnya, cara ia mengasuh anak, bahkan cara ia berhubungan dengan keluarga besar, bla bla bla.

Mungkin ketika membaca narasi yang Bu Ila tulis tentang penyebab depresinya dengan entengnya beberapa orang berucap: “Orang lain ngapain didengar, ah itu aja dipikiri, yang penting itu kita sendiri yang menjalani hidup dan komentar lainnya.

Tapi, sadarkah kita bahwa apa yang kita mungkin anggap itu mudah dijalani akan mudah juga bagi orang lain. Apakah akan sesantai ini setiap orang menjalani hidup? Pada kenyataannya, perasaanlah yang memiliki peran besar dalam menentukan sikap dan tingkah laku terutama buat perempuan. Perasaan tidak diterima, tidak disayang, merasa sendiri dan lainnya akan diperparah dengan adanya komentar dari orang lain.

Trus, kita nggak boleh berkomentar gitu?

Komentar yang disampaikan mungkin adalah bentuk kepedulian kita pada saudara, atau teman. Tapi, mohon mengkondisikan juga keadaan orang lain, apakah itu bermanfaat baginya, membuatnya menjadi bertumbuh?. Jangan sampai komentar yang diberikan malah membawa petaka, menghadirkan masalah baru bagi orang lain, Ingatlah, komentar yang tidak perlu adalah salah satu bentuk perundungan lho.

“Jangan pernah gunakan ukuran baju yang kita pakai buat membuat baju orang lain”

Demikian berbagi pengalamannya ya Ayah Bunda dan teman-teman semua, semoga bermanfaat

Yuk Berbagi Cerita

#portalpraktikbaik

#sahabatkarakter

#puspeka

#penguatankarakter

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here