Menunda Kesenangan, Perlukah? By: Bu ILA

4
973

Hari kedua anak kami Azzami berada di Rumah Sakit untuk melakukan rangkaian pemeriksaan menjelang proses operasinya. Suasana dihebohkan dengan kegaduhan dari seorang anak remaja perempuan yang menjerit kesakitan dan memegangi wajahnya. Karena sedikit kepo, Bu Ila ikutan mencari tahu apa yang telah terjadi.

Ternyata wajah gadis remaja ini terkena iritasi hebat akibat mengkonsumsi produk perawatan wajah yang janjinya mampu menghasilkan kulit wajah putih, glowing seketika. Tapi apa yang terjadi? Ingin instan memiliki wajah yang diidamkan kebanyakan remaja, malah berakhir di IGD dengan kulit yang melepuh dan merah. Pastinya sangat menyakitkan, terbukti dari jeritan yang menggema di lantai dasar dan pastinya sedikit mengganggu pasien lain.

Miris, itu yang terlintas di pikiran Bu Ila. Apalagi memandangi ibunya yang terlihat mondar mandir, tergambar wajah serba salah dengan terus memegang tangan anak gadisnya, mencoba menenangkan.

***

Kasus di atas adalah sebagian kecil dari permasalahan yang terjadi di kalangan remaja kita. Fenomena ingin terlihat cantik, menarik, memiliki wajah putih dan glowing, tapi semua dengan cara yang instan. Belum lagi kita menemukan anak-anak remaja kita yang ingin cepat terkenal, sukses, hidup dengan enak dan mudah, namun melupakan yang namanya proses dan kerja keras.

@ilaeducation

Anak-anak kita yang tidak dibekali dengan keterampilan delayed gratification, yaitu kemampuan menahan diri dan mengendalikan dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar nantinya. Keterampilan menunda kesenangan ini sangat bermanfaat agar anak dapat menikmati serta menghargai sebuah proses untuk dapat berkembang dan menjadi pribadi yang kuat serta dapat berpikir jernih, juga matang dalam mengambil keputusan.

Tak dapat dipungkiri, seiring perkembangan teknologi, munculnya berbagai produk dan jasa yang memudahkan dan melenakan, anak-anak bahkan kita sendiri sebagai orangtua dihadapkan dengan tantangan yang berhubungan dengan hal yang berbau instan. Dengan kemudahan, janji mendapatkan kesenangan dengan sekali klik membuat anak remaja yang tidak dibekali keterampilan delayed gratification akan mudah terjerumus.

Teknologi memang membuat dunia menjadi tanpa batas, mudahnya memeroleh informasi dan mampu memengaruhi persepsi kita tentang apapun yang disuguhkan. Sifat remaja yang ingin selalu mencoba, tapi tidak berpikir panjang dan model pendidikan materialistis telah mencekoki generasi menjadi pelengkap anak-anak kita mudah tergiur untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dengan instan. Terbiasa dengan kondisi yang serba cepat, anak remaja kita pun memiliki kecenderungan untuk mendapatkan segala sesuatu hal yang diinginkannya secara langsung. Bahkan tidak ingin bersusah payah, maunya ingin lewat jalan pintas.

Tantangan Orangtua saat ini adalah mendapati anaknya yang memiliki mentalitas instan. Mental yang ingin cepat sukses, ingin segera memiliki penampilan yang sempurna dengan cepat, ingin hidup senang tanpa harus kerja keras, ingin memiliki sesuatu tanpa menunggu, bahkan ingin cepat kaya. Padahal, kesuksesan itu sesungguhnya membutuhkan proses perjuangan yang panjang dan melelahkan, butuh ketekunan dan kerja keras.

Diskusi

PR terbesar bagi kita sebagai Orangtua adalah menghadapi anak remaja dengan segala perilakunya yang menyukai hal-hal sensasional dan ingin menjadi pusat perhatian terutama di lingkungan sosialnya. Jika perilaku ini dilatih dan diarahkan pada hal yang positif, maka remaja mampu menjadi pribadi yang berpengaruh dengan segudang prestasi dan skill yang dimilikinya. Namun, jika mereka tidak menyadari untuk menunda kesenangan, menjalani hidup dengan step by step dan menikmati proses dengan tekun, maka mereka sangat rentan terserang penyakit mental seperti: depresi, merasa sendiri atau perasaan tidak diterima.

Yuk lebih peduli pada pendidikan anak remaja kita.

Semoga bermanfaat.

 

Salam

Bu Ila (Coach Pendidikan Keluarga)

 

  • Penerima Apresiasi Orangtua Hebat 2018 dari Kemendikbud RI
  • Penerima Apresiasi Penggerak Literasi 2019 dari Kemendikbud RI
  • Pemenang Lomba Blog Cerdas Berkarakter 2020 dari Puspeka Kemendikbud RI

 

Untuk kegiatan parenting, konseling dan coaching keluarga baik online maupun offline silakan menghubungi via WA 081396200313 (Bu Ila)

 

 

4 COMMENTS

  1. Wah iya benar, penting untuk edukasi anak perihal keamanan suatu produk, dan kadang ini terlupa, bagaimana fungsi dan efeknya. Kalau anak yang lebih kecil,kayak anak saya, mungkin bisa dimulai dari memilih makanan yang baik ya, bu. Semoga adek remaja tadi bisa pulih , aamiin.

    • Aamiin
      Selain itu anak juga diajarkan untuk percaya diri dan tidak mudah terhasut orang lain agar terlihat cantik dan diterima di lingkungannya berdasarkan fisik saja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here